Ketika Grup Musik Debu Hadir di Festival Seni Budaya Melayu
Grup musik religius asal Amerika, Debu hadir ke tengah masyarakat Kalimantan Barat memeriahkan Festival Seni Budaya Melayu VI di Rumah Melayu. Mereka disambut tarian khas Melayu sebagai ucapan selamat datang. Debu melihat Kalbar memiliki banyak potensi kebudayaan.
Sutami, Pontianak
DENTUMAN musik berirama Melayu mendayu saat rombongan Debu datang. Penyambut menggunakan pakaian serba kuning. Lengkap dengan alat musik tradisonal. Mereka sudah siap-siap menantikan tamu sesuai agenda yang dijadwalkan. Iringan kendaraan dengan penumpang kelompok musik Debu langsung disiram dengan beras kuning saat tiba di parkiran rumah Adat Melayu, Jumat (17/12) pagi.Sosok Yusuf, vokalis yang pertama muncul. Mengenakan kemeja lengan panjang hitam, dia seolah lansung akrab dengan penggemar. Melalui lambaian tangan yang dialunkan. Membuat grup musik itu tampak mudah membaur. Mereka tidak ada pengawalan khusus.
Personil debu yang lain ikut muncul. Mereka yaitu Salim, Mustafa, Dimas, Abdul dan Daud. Kehadiran mereka selain mengisi acara juga untuk kegiatan amal. Mengingat banyak bencana melanda Indonesia. Silih berganti menimpa berbagai daerah. Sebagai bentuk ingin saling berbagi dengan sesama yang lagi terkena musibah.
Yusuf paling banyak bercerita. Dengan bahasa Indonesia yang fasih. Untuk menguraikan pendapatnya tentang Kalimantan Barat. Dan menyampaikan kaget atas sambutan luar biasa yang diberikan. Serta menganggap Kalbar kaya akan adat budaya. Maka sangat banyak potensi dapat digali untuk mengembangkan budaya yang ada.
Berhubungan dengan Kalbar bukan pertama kali bagi grup Debu. Lantaran pernah melantunkan aransemen sebuah lagu melayu Sambas. Membawakan aransemen tersebut, kata Yusuf, menjadi pengalaman menarik. Sebab ada keunikan dalam seni masyarakat Kalbar. Sehingga berkesempatan tampil dihadapan masyarakat Kalbar cukup sesuai dengan aliran musik yang Debu mainkan. Sebuah perpaduan budaya dan syiar. Sekaligus ingin mengangkat nilai budaya Melayu.
Yusuf menambahkan, dalam berseni banyak hikmah diperoleh. Selain melestarikan budaya juga bakal melahirkan inspirasi seni. Sebagai ide dan penggalian akan kekayaan nilai budaya. Sehingga antara berseni dan nilai budaya selalu berjalan selaras. Dan tidak dapat terpisahkan antarkeduanya.
Sambil menikmati kue tradisional yang dihidangkan, Yusuf melanjutkan perbincangan, rasa senang menyelimuti grup Debu, dapat ambil bagian dalam even FSBM VI. Karena dapat melihat secara langsung keanekaragaman kekayaan budaya masyarakat Melayu. Sementara lama durasi mereka tampil yakni selama satu jam. “Semua tergantung jadwal yang ditentukan,” kata Yusuf.
Debu bisa hadir ke FSBM dijembatani seorang warga Kalbar Zairin Ahmadi. Dan semua diatur secara spontan. Setelah tercapai kesepakatan dengan grup musik kenamaan asal Amerika tersebut. “Mulanya saya cerita, ternyata Debu tertarik. Soal ada FSBM di Pontianak,” kata Zairin. Zairin menuturkan ketika itu mereka bertemu dalam acara amal. Karena Zairin memang bergelut di bidang sosial terutama untuk balik Kampung. Sehingga ketika ada kecocokan antar kedunya. Debu langsung diboyong ke Kalbar. Ketua Majelis Adat Budaya Melayu Kalbar Chairil Effendi mengungkapkan merupakan sebuah kehormatan bagi keluarga besar MABM dengan kesediaan Debu tampil dalam FSBM. Serta kepada Zairin Ahmad yang telah menjembatani untuk menghadirkan Debu ke Kalbar dalam pentas malam amal FSBM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar