SANGGAU—Sejumlah konsumen mengeluh karena tingginya harga cabai dalam beberapa pekan terakhir. Bukan hanya cabai, bahkan tempe juga sempat menghilang sekitar tiga hari lalu.Pantauan koran ini di pasar Sanggau, aktivitas transaksi masih berlangsung cukup normal. Sejumlah komoditi, khususnya sembako dan kebutuhan penting lainnya masih tersedia. Tidak ada gejolak dalam masyarakat. Hanya saja yang saat ini menjadi keluhan konsumen yang notabenenya ibu rumah tangga, adalah mengenai tingginya harga cabai. Pada Rabu, 5 Desember 2010 siang kemarin, harga cabai masih berkisar antara Rp70.000-80.000/kg atau Rp8.000 per ons.
Menurut pedagang sebenarnya, harga cabai sudah mengalami penurunan, karena pada akhir pekan sebelumnya, sempat mencapai Rp10.000 per ons, yang artinya harga untuk satu kilogram cabe mencapai Rp90.000 sampai dengan Rp100.000. Kenaikan harga cabai ini dapat dikatakan signifikan, karena jika melihat dari pantauan pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperidagkop UKM) Kabupaten Sanggau, pada pekan ketiga Desember 2010, harga cabai masih pada kisaran Rp20 ribu per kilogram untuk cabe merah besar. Kemudian Rp50 ribu per kilogram untuk cabai rawit hijau, Rp70 ribu per kilogram untuk cabai rawit merah dan Rp50 ribu per kilogram untuk cabai keriting.
“Harga sejumlah komoditi memang mengalami kenaikan, termasuk cabai. Namun juga ada komoditi lain yang harganya mengalami penurunan sebelum dan setelah tahun baru,” ujar Kadis Peridagkpo UKM Kabupaten Sanggau Hadi Sudibjo.Dari pengakuan pedagang, tingginya harga itu memang karena persediaan cabai yang sedikit, namun permintaan tinggi sehingga harganya meroket. Para pedagang membeli dari tangan pertama harganya sudah tinggi. Sehingga ketika dijual kembali kepada konsumen, harganya pun tinggi. Namun untuk jenis sayur mayor lainnya, harganya relatif stabil.“Meskipun harga cabai tinggi, tetapi kita tidak banyak mengambil keuntungan dari jual cabai ini,” ujar Rukmi, penjual sayur mayur termasuk cabai di bilangan Pasar Senggol Sanggau kepada koran ini, kemarin.
Selanjutnya, untuk tempe sebagai pelengkap masakan masyarakat juga sempat menghilang di pasaran Sanggau. Makanan murah meriah namun bergizi tinggi ini sempat “raib” sekitar 3-4 hari sejak 2-4 Januari 2011 ini. Sejumlah pedagang mengaku tidak mengtahui penyebab menghilangnya tempe dari pasaran. Sama halnya dengan Rukmi, dirinya juga mengaku tidak tahu faktor penyebab sempat menghilangnya tempe dari pasaran. “Memang sempat menghilang beberapa hari, tapi hari ini sudah ada jual tempe, dan harganya normal-normal saja,” ujarnya.(nto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar